🎽 Silsilah Kh Mahrus Ali Lirboyo

Seharihari beliau menuntut ilmu di surau pesantren milik keluarga. Beliau diasah oleh ayah sendiri, KH Aly dan sang kakak Kandung, Kyai Afifi. KH. Mahrus Aly. Saat berusia 18 tahun, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke Pesantren Panggung, Tegal, Jawa Tengah, asuhan Kyai Mukhlas, kakak iparnya sendiri. Diantara aurad-aurad dan hizib Tarekat Bayumiyah: Hizbu as-Shaghir Hizbu al-Kabir Shalawat dan tawasul Syi'ir-syi'ir pujian Hizib KH Mahrus Ali, pengasuh pondok pesantren Lirboyo pernah dawuh, " من ارجع الضمائر الى الافعال فليس من الرجال " "Siapa yang merujukkan dhamir kepada fi'il, maka bukan termasuk golongan lelaki (orang yang berpengetahuan)" (KH. Mahrus Aly) Jadi, tatkala membaca kitab dengan makna Jawa, setiap menemukan dhamir yang terkesan rujuk pada kalimat fi'il Malahsantri-santri Lirboyo kaliyan panjenenganipun Kiai Marzuqi Dahlan lan Mahrus Ali dipun haromaken ngamalaken Sholawat Wahidiyah, jalaran ajaranipun katah bertentangan kaliyan syari'at. Matsalan pelajaranipun: Sopo-sopo wonge wis ngamalaken Sholawat Wahidiyah zaman 41 dino ditanggung ing yaumil qiyamah slamet tur mlebu suargo sak anak turune. 01Arbiyyah X KH. Syanawi Pendiri Pesantren Silsilah KH.Hasan Thuba Muhammad PP.Tanggir Singgahan Tuban Ny.Arbiyah X KH.Syanawi 1. Ny. Saudah X K. Mustaham 2. K.H. A. Syathori X Ny. Masturoh 3. Ny. 6.Azzah Nurlaila X Kafabih Mahrus Ali.Lirboyo Kediri domisili di Lirboyo Kediri Jatim. anak : 1.Arwa Fatimatuzzahra 2.Muhammad. 3.Aisyah annjwa 01Arbiyyah X KH. Syanawi Pendiri Pesantren Silsilah KH.Hasan Thuba Muhammad PP.Tanggir Singgahan Tuban Ny.Arbiyah X KH.Syanawi 1. Ny. Saudah X K. Mustaham 2. K.H. A. Syathori X Ny. 6.Azzah Nurlaila X Kafabih Mahrus Ali.Lirboyo Kediri domisili di Lirboyo Kediri Jatim. anak : 1.Arwa Fatimatuzzahra 2.Muhammad. 3.Aisyah annjwa 4.Ahmad 5.Zainab KH Mahrus Aly lahir di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dari pasangan KH. Aly bin Abdul Aziz dan RiwayatHidup dan Silsilah. KH. Nur Hamim Adlan lahir di Ponorogo pada tanggal 21 April 1957 M. Ayahnya bernama Kromo Kisman dan ibunya bernama Kasmirah. Ayahnya lahir di Klepu Desa Purworejo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Berdarah pendiri pondok pesantren yang beberapa santrinya adalah keluarga keraton Solo. Tapi sekarang sudah rata KHMahrus Aly Kecolongan saat Nabi Khidir Datang ke Lirboyo, Berikut Kisah Lengkapnya; Nabi Khidir Menyamar dan Kasih 5 Kitab untuk Gus Miek, Ada Hal Luar Biasa Terjadi, Ini Kisah Lengkapnya; Kebiasaan yang Sering dilakukan di Kamar Mandi Ini Ternyata Mengakibatkan Siksa Kubur, Kata Syekh Ali Jaber . KH. Mahrus Aly – KH. Mahrus Ali lahir di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dari pasangan KH Aly bin Abdul Aziz dan Hasinah binti Kyai Sa’id, tahun 1906 M. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Masa kecil beliau dikenal dengan nama Rusydi dan lebih banyak tinggal di tanah kelahiran. Sifat kepemimpinan beliau sudah nampak saat masih kecil. Sehari-hari beliau menuntut ilmu di surau pesantren milik keluarga. Beliau diasah oleh ayah sendiri, KH Aly dan sang kakak Kandung, Kyai Afifi. Saat berusia 18 tahun, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke Pesantren Panggung, Tegal, Jawa Tengah, asuhan Kyai Mukhlas, kakak iparnya sendiri. Disinilah kegemaran belajar ilmu Nahwu KH. Mahrus Ali semakin teruji dan mumpuni. Selain itu KH. Mahrus Ali juga belajar silat pada Kyai Balya, ulama jawara pencak silat asal Tegal Gubug, Cirebon. Pada saat mondok di Tegal inilah KH. Mahrus Ali menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 M. Ali menimba ilmu Pada pengasuh pondok pesantren kasingan,Hampir lima tahun menimba ilmu di Pondok Kasingan kemudian Ali minta Izin kepada gurunya untuk pulang kerumahnya . Ketika sampai dirumahnya di Gedongan Ali lagi lagi mendapat sambutan dari para santri dan keluarganya dengan penuh penghormatan . Mereka para santri kagum akan kecerdasan Kh Mahrus Ali dalam memahami Kitab Alfiyah . Rupanya Allah memberikan Futuh Pembuka hati & Ilmu berkat doa Munajat dan riyadhoh sang Ibu kepada dirinya. Semangat Mencari IlmuAndil dalam Pertempuran 10 Nopember 1945 Semangat Mencari Ilmu Tak puas dengan bekal ilmu yang dimiliki, Kh Mahrus Ali meminta izin kepada ibunya untuk menimba Imu di Pesantren Lirboyo, Tahun 1936 Kh Mahrus Ali belajar di Lirboyo di bawah asuhan karim . Melihat kecerdasan yang dimiliki Kh Mahrus Ali membuat gurunya terkagum kagum dan jatuh hati pada Ali, maka sang Guru meminta kepada Kh Mahrus Ali untuk mau menjadi mantunya. Maka tahun 1938 Ali menikah dengan putri gurunya bernama zainab. Kh. Mahrus Ali sangat mencintai ilmu maka tak heran Beliau selalu berpindah pindah dari pesantren yang satu kepesantren yang lain , hal ini beliau lakukan sekedar bertabarruk kepada para ulama seperti ke Pondok pesantren tebuireng asyari, Pondok-Pesantren Watu congol muntilan MagelangKh Dalhar pondok pesantren Langitan tuban dll. Andil dalam Pertempuran 10 Nopember 1945 Ali juga dikenal sebagai Ulama pejuang yang pemberani , beliau juga ikut serta Pada Pertempuran 10 Nopember 1945 melawan tentara sekutu di Surabaya. H. Mahfudz seorang Komandan Peta pembela tanah air yang mula-mula menyampaikan berita gembira tentang kemerdekaan Indonesia itu kepada KH. Mahrus Ali, lalu diumumkan kepada seluruh santri lirboyo dalam pertemuan diserambi masjid. Dalam pertemuan itu pula, para santri lirboyo diajak melucuti senjata Kompitai Dai Nippon yang bermarkas di Kediri markas itu kini dikenal dengan dengan Markas Brigif 16 Brawijaya Kodam Brawijaya . Tepat pada jam berangkatlah para santri Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat sasaran dibawah komando KH. Mahrus Ali dan Mayor H Mahfudz. Sebelum penyerbuan dimulai, seorang santri yang bernama Syafi’I Sulaiman yang pada waktu itu berusia 15 tahun menyusup ke dalam markas Dai Nippon yang dijaga ketat. Maksud tindakan itu adalah untuk mempelajari dan menaksir kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup, Syafi’i segera melapor kepada KH. Mahrus Ali dan Mayor H Mahfudz. Saat-saat menegangkan itu berjalan hingga pukul dini hari dan berakhir ketika Mayor Mahfudz menerima kunci gudang senjata dari komandan Jepang yang sebelumnya telah diadakan diplomasi panjang lebar. Dalam penyerbuan itu , gema Takbir “Allohuakbar ” berkumandang menambah semangat juang para Santri , aroma Surga dan Mati syahid telah mereka rindukan, pada akhirnya penyerbuan itu sukses dengan gemilang. Selang beberapa lama, Mayor melapor kembali kepada Kyai Mahrus Ali di Lirboyo bahwa Tentara sekutu yang memboncengi Belanda hendak mendarat di surabaya,pasukan itu akan kembali menjajah Indonesia yang sudah merdeka. Mendengar itu Spontan Kyai Mahrus Aly mengatakan bahwa kemerdekaan harus kita pertahankan sampai titik darah penghabisan. Kemudian KH. Mahrus Ali mengintruksikan kepada santri lirboyo untuk berjihad kembali mengusir tentara Sekutu di Surabaya. Baca Juga Syaikh Yasin al-Fadani, Profil Singkat Maka dipilihlah santri-santri yang tangguh untuk dikirim ke Surabaya untuk bergabung dengan Mujahid lainya. Dengan gagah Ali berangkat bersama dengan para santri santri Lirboyo untuk berjuang merampas kembali kemerdekaan Indonesia. Ketika Belanda melancarkan Agresi militer kedua,Kyai Mahrus kembali menurunkan santrinya di medan pertempuran. Kyai yang terkenal dengan pasukan berani mati ini wafat Hari senin Tanggal 06 Ramadlan 1405 H atau 26 Mei 1985, dalam usia 78 tahun,dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Lirboyo. Ridlo Ibu Adalah Segalanya Ketika Ny. Arthimah binti Sholeh diceraikan oleh KH. Dahlan Jampes, beliau pulang ke rumah bapaknya di Banjarmlati dalam keadaan hamil, yang ketika lahir dinamakan Marzuqi. Sehingga Marzuqi ini ikut ibunya sampai dewasa sementara kakaknya KH. Ihsan ikut abahnya. Ketika KH. Marzuqi diambil menantu KH. Abdul Karim Lirboyo, walaupun ikut mertua namun setiap hari mengunjungi ibunya. Sementara itu, KH. Ihsan yang sudah menjadi pengasuh pesantren Jampes jarang bisa berkunjung karena kesibukannya. Suatu saat, sang ibu mengutarakan kerinduannya dan ingin bertemu dengan KH. Ihsan, hal ini disampaikan oleh KH. Marzuqi kepada KH. Ihsan. Setelah lama ditunggu, ternyata KH. Ihsan belum datang sehingga sang ibu menggerutu, KH. Marzuqi berusaha menghibur dengan matur "Sekarang kan kang Ihsan jadi kyai besar dan santrinya banyak, mungkin saja belum ada kelonggaran waktu" sang Ibu dengan ghodhob berkata "Masio Ihsan Kyai gede santrine sak jagad iku ora metu teko kayu watu, tapi metu teko wetengku iki". KH. Marzuqi pun pamit ke Jampes untuk menjemput kakaknya dengan naik sepeda onthel. Setelah bertemu beliau mengutarakan perkataan sang ibu kepada kakaknya. Begitu mendengar, KH. Ihsan langsung meliburkan pengajiannya dan bergegas pergi ke rumah ibunya di Banjarmlati, begitu tiba di perempatan Bandar ± 1,5 km dr rumah Ibu beliau turun dari kendaraan dan berjalan kaki, dan begitu tiba di ujung gang menuju rumah, beliau berjalan sedokan berjalan ala abdi keraton sampai di depan pintu terus duduk bersimpuh dan mengucapkan salam dengan lirih, dan mengajukan permohonan maaf sambil menangis......

silsilah kh mahrus ali lirboyo